Selasa, 15 Maret 2016

Pencarian


Aku masih terbaring di atas kubur empukku ketika bibir subuh mulai membiru dikecupi deru nafsu serdadu-serdadu hujan menyerbu tanpa ragu. Batang rokok terakhir terhempas,remuk diremas kotak asbak bersama onggokan debu, ampas, hilang nafas. Sukmaku berkelana ditating kepulan asap dari hembusan berat, menyelinapi celah-celah jendela kusam, menyapu punggung-punggung buku yang berderet di rak, menatapi penghuni  yang hidup di dalamnya. Terus mencari, mencari hidup yang terus mencari. Sepertinya hidup memang bukan hanya sebuah perjuangan,tapi juga sebuah pencarian. Seperti,  Leo Tolstoy yang nyaris bunuh diri dalam pencarian jawaban untuk sebuah pertanyaan dalam hidupnya. Hitler yang terus mencari darah segar para Yahudi. Juga pemuda bernama Soe Hok Gie, yang mencari kedamaian di puncak-puncak gunung, sampai pada akhirya,di puncak para dewa, Ia menemukan kedamaian abadi.

 Dan salah satu pencarian terbesar adalah pencarian sebuah rasa yang senantiasa dikultuskan dan ‘tak jarang menjadi berhala bagi para pemujanya. Ada seorang bernama Kahlil yang mengunjungi kuil  Ishtar untuk menemui Salma Karami, obat dari sayap-sayap patahnya. Juliet, perawan dari Capulet,  mencari cintanya dari sebatang pisau guna menyusul kekasihnya yang telah terlebih dahulu dicekik oleh racun, Romeo, musuh besar keluarganya, cinta terbesar dan sejatinya. Ada juga Chairil yang mau menjelajah nusantara, katanya, mencari Ida. Dimulai dari memasuki bilik Marsiti, berjalan di tegalan sawah Hapsah, menginap di rumah Gadis Mirat dan akhirnya berhenti di sebuah pantai tak bernama, meski Ida lantas lenyap tak terdekap.

Sebelum bilah-bilah pedang waktu berkhianat, bak Judas yang melapangkan jalan untuk Jesus menuju penyaliban, menggoreskanku luka penyesalan tak tertangguhkan. Sudah lama kuputuskan untuk berhenti melakukan pencarian rasa, ‘tak usahlah mencari lagi permata bercahya, untuk apa lagi mengejar putri jelita jika ada seorang Dewi yang berdiri di sampingku dengan setia.

Kepulan asap dari batang rokok terakhir yang terhembus perlahan lenyap, diiringi seruan muadzin melafalkan iqomat. Aku yang bodoh ini akhirnya tersadar, dari Dia-lah segalanya berasal dan di Dia pula segala yang ada di semesta raya bermuara.

@doel_12

4 komentar: