Aku masih terbaring di atas kubur
empukku ketika bibir subuh mulai membiru dikecupi deru nafsu serdadu-serdadu
hujan menyerbu tanpa ragu. Batang rokok terakhir terhempas,remuk diremas kotak
asbak bersama onggokan debu, ampas, hilang nafas. Sukmaku berkelana ditating
kepulan asap dari hembusan berat, menyelinapi celah-celah jendela kusam,
menyapu punggung-punggung buku yang berderet di rak, menatapi penghuni yang hidup di dalamnya. Terus mencari,
mencari hidup yang terus mencari. Sepertinya hidup memang bukan hanya sebuah
perjuangan,tapi juga sebuah pencarian. Seperti, Leo Tolstoy yang nyaris bunuh diri dalam
pencarian jawaban untuk sebuah pertanyaan dalam hidupnya. Hitler yang terus mencari
darah segar para Yahudi. Juga pemuda bernama Soe Hok Gie, yang mencari
kedamaian di puncak-puncak gunung, sampai pada akhirya,di puncak para dewa, Ia menemukan kedamaian abadi.
Dan salah satu pencarian terbesar adalah
pencarian sebuah rasa yang senantiasa dikultuskan dan ‘tak jarang menjadi
berhala bagi para pemujanya. Ada seorang bernama Kahlil yang mengunjungi kuil Ishtar untuk menemui Salma Karami, obat dari
sayap-sayap patahnya. Juliet, perawan dari Capulet, mencari cintanya dari sebatang pisau guna
menyusul kekasihnya yang telah terlebih dahulu dicekik oleh racun, Romeo, musuh
besar keluarganya, cinta terbesar dan sejatinya. Ada juga Chairil yang mau
menjelajah nusantara, katanya, mencari Ida. Dimulai dari memasuki bilik
Marsiti, berjalan di tegalan sawah Hapsah, menginap di rumah Gadis Mirat dan
akhirnya berhenti di sebuah pantai tak bernama, meski Ida lantas lenyap tak
terdekap.
Sebelum bilah-bilah pedang waktu
berkhianat, bak Judas yang melapangkan jalan untuk Jesus menuju penyaliban,
menggoreskanku luka penyesalan tak tertangguhkan. Sudah lama kuputuskan untuk
berhenti melakukan pencarian rasa, ‘tak usahlah mencari lagi permata bercahya,
untuk apa lagi mengejar putri jelita jika ada seorang Dewi yang berdiri di
sampingku dengan setia.
Kepulan asap dari batang rokok
terakhir yang terhembus perlahan lenyap, diiringi seruan muadzin melafalkan
iqomat. Aku yang bodoh ini akhirnya tersadar, dari Dia-lah segalanya berasal
dan di Dia pula segala yang ada di semesta raya bermuara.
@doel_12