Sabtu, 04 Mei 2013

Dia...


Kali ini aku ingin bercerita tentang apa yang pernah terjadi padaku ketika kanvas senja hari ini mulai terbentang. Bukan,,,bukan cerita tentang Manchester United yang sudah memastikan juara BPL sebelum musim ini berakhir, dan sebentar lagi Juventus menyusulnya di liga yang berbeda. Bukan pula tentang pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal dan tiba - tiba menawarkan pinjaman dengan bunga ringan. Tapi aku mau bercerita tentang "dia",yang seharusnya sudah tertinggal di belakang,namun masih saja kerap datang menyergap dalam heningnya lamunan, tanpa mengucapkan salam.


Dia yang masih suka tersenyum penuh arti ketika kita melintasi setiap sudut kota yang pernah kita kunjungi. Dia yang menjadi nyawa disetiap benda yang merupakan pemberian dari orang yang pernah dicinta. Hingga mampu menghipnotis seseorang untuk memeluk erat sebuah boneka, berbicara dengan selembar foto, bahkan tersedu dihadapan halaman - halaman buku. Tidak hanya itu, terkadang cuaca dan suasana berkomplot untuk mengundangnya tanpa diminta. Hujan dan rasa sepi adalah tandu yang biasa mengusungnya menuju jiwa yang mulai gamang dalam buai dinginnya. Dia adalah masalalu yang mengenakan jubah kenangan.

Tanpa disadari, dia sudah duduk di sampingku. Seperti biasanya, selalu ada kisah yang terpampang ketika dia menjelang. Cukup lama kami bercengkrama, dan sebelum pergi dia berkata,"di masa yang telah lalu, banyak dari mereka dan mungkin termasuk kamu, bersenggama dengan waktu demi melahirkan wujudku. Akan tetapi, tidak semua yang mampu merawat dan memperlakukanku sebagaimana mestinya. Baik dan buruknya rupaku, tergantung bagaimana hati dan pikiran berkreasi, karena ditempat itulah aku bereksistensi. Aku bisa lebih kejam dan menakutkan dari seorang algojo yang tega memenggal kepala tanpa belas kasihan. Tapi, aku juga bisa lebih bijaksana dari seorang Socrates yang pernah hidup di Yunani sana. Karena kata mereka yang bijaksana, aku adalah guru yang paling berharga. jangan pernah jadikan aku sebagai onggokan penyesalan yang enggan kamu pandang, tapi jadikan aku pembimbing jalan setelah ajaran kultus yang membentuk iman."

Setelah mengutarakan pesannya, diapun hilang bersama jingga senja yang mulai padam. meninggalkanku sendirian yang masih mencoba menyusun kepingan - kepingan makna yang diucapkannya, diredupnya rona senja yang sama.

@doel_12



1 komentar: