Rabu, 29 Mei 2013

Catatan kecil di satu pagi

Bukan hanya basah, hujan yang turun di pucuk malam ini juga menyisakan dingin yang meruncing. menodong daun - daun hingga gemetar memeluk ranting. Angin bersahut - sahutan membisikan mantra, memanggil kabut yang membekukan hangatnya dekapan selimut. Purnama yang renta, nampak pucat melingkar, bercadar mega di muka altar fajar. Rasi bintang bersembunyi enggan menampakan diri. Bunga - bunga menggigil digagahi bulir embun yang mendambakan harum. Udara yang bergaun sunyi, meliuk menari di atas telaga hati. Seketika, sukma meringkuk dalam basahnya hujan yang menyisakan dingin yang runcing, kemudian tenggelam dibenam liukan udara yang bergaun sunyi ke dasar telaga hati.


@doel_12



Sabtu, 25 Mei 2013

SMP NEGERI 2 SUKATANI

Sebenarnya hampir setiap hari gue lewatin bangunan ini, bangunan yang hampir sepuluh tahun enggak pernah lagi gue masuk ke dalam salah satu ruangannya. Bangunan yang sudah tentu sangat berbeda ketika gue masih berrotasi di dalamnya. Dan bangunan dimana gue dan teman - teman gue yang lainnya menghabiskan separuh dari hari - hari yang dilewati untuk menangkap ilmu yang diberikan oleh para "pahlawan tanpa tanda jasa" nya.

Akan tetapi, enggak tau kenapa hari ini gue merasa ada yang beda ketika gue melewati pagar - pagar ang membatasinya. ada desiran rasa aneh yang merayapi dada, rasa aneh yang biasa dirasakan oleh orang yang sedang didekap oleh sayap - sayap dewi asmara. Tanpa sadar, pikiran gue terhisap ke masa - masa itu, masa - masa dimana harus bangun lebih pagi dan membawa topi di hari senin kalau tidak mau berbaris di barisan khusus, terpisah dengan yang lain sepanjang jalannya upacara bendera dan diinterogasi setelahnya. Atau riuhnya ruang kelas di pagi hari karena berebut hingga tarik - tarikan buku yang direlakan pemiliknya untuk dijadikan bahan contekan bagi mereka yang belum selesai mengerjakan PR. Ya,,,rasa yang aneh itu adalah rasa kangen gue dengan kalian teman, dengan meriahnya ruang kelas ketika bel istirahat atau pulang berbunyi, kangen duduk - duduk di atas meja sambil ketawa - ketawa enggak jelas, kangen sama es jeruk perasnya Bibi, yang kantinnya dijadikan tempat nongkrong sampai ketemuan dengan gebetan atau selingkuhan ( yang ngerasa kalem aja ya :D ) dan kangen sama nasi uduk plus gorengannya Uwak Gatong.

Kalau bicara masalah warung Uwak Gatong, tidak bisa lepas dari sekelompok anak - anak yang terdiri dari Kalim Rendi Antoni, Komara, Pendi Pradana, Solihin, Sabrih, Arman, Ateng, Haryono Gunawan dan Saptaningrat. Yup...karena disana adalah base camp mereka, para jagoan pada masanya, yang sering dapat "perhatian" lebih dari dewan pengajar. Meskipun gue enggak pernah sekelas dengan Kalim, menurut kabar yang tersiar sebenarnya dia ukup pintar, hanya saja kelakuannya sering dianggap kurang baik oleh para guru. Sedangkan Komara, gue kenal dia semenjak kelas 6 SD, ketika ada kompetisi sepakbola di kampungnya. Dan dia adalah orang yang menggagalkan satu goal gue ke gawang lawan. Yang membuat gue jengkel, dia itu bukan pemain melainkan salah satu panitia yang menonton pertandingan dari belakang gawang dari tim yang berasal dari kampungnya. Dan bola yang seharusnya menjadi goal pun dianggap tidak sah oleh wasit,buah dari halauan kaki sialan si Komara ini. Oke gue skip bagian yang ini, kembali ke cerita si Komara yang lebih akrab disapa Komeng ini adalah pemuja sejati SLANK, dan gue yakin,dimata Komeng, Bimo Setiawan dan Akhadi Wira Satriaji ( Bim - Bim dan Kaka Slank ) lebih mulia derajatnya dibandingkan dengan Presiden  negeri ini. Serupa dengan Kalim, otak diapun terkenal cukup encer, berbeda dengan Pendi yang setiap hari kelihatan ngantuk terus, Haryono yang sepertinya lebih sering mengurus kumisnya ketimbang tugas,sedangkan Saptani,gue eggak tau lebih banyak selain badannya yang kurus dan celananya yang melebihi lutut. Dan wajah - wajah teman - teman yang lainpun bergantian memenuhi isi kepala gue. Salah satunya adalah Tri Utami, korban gue. Korban dari kecerobohan gue waktu acara rally sepeda di sekolah. Tulang tangannya patah ketika sepeda yang gue bawa jatuh dan dia adalah penumpangnya. Hal ini yang membuat gue merasa takut dan enggak enak hati ketika gue bertemu dia pasca kejadian itu.

Selain alat tulis, cermin adalah perlengkapan yang enggak bisa ditinggal oleh para pelajar perempuan. Dan diantara mereka ada satu nama yang selalu membawanya,dia adalah Detti Aisyah Alfiansyah, seorang siswi yang jadi idola dari hampir semua siswa disekolah. Kalau sampai ada yang bilang enggak tertarik dengan siswi yang satu ini,gue cuma berharap semoga dia bukan homo. Dan Firnal Hadi Surya adalah sosok Detti dengan bentuk lain, meski dia tidak membawa cermin layaknya seorang Detti, tapi dia adalah siswa yang diidolai hampir setiap pelajar perempuan. Dia adalah ketua OSIS yang aktif di Paskibra, kalau sampai ada yang enggak kenal sama siswa yang satu ini apalagi wanita, mungkin sekolahnya cuma sampe kebun belakang Kantor Desa. Dan orang yang paling menderita atas kebintangan Firnal adalah gue,teman sebangkunya. Sebabnya jelas, karena gue teman sebangkunya, secara tidak langsung, gue sedikit banyak tau tentang makhluk yang satu ini.. Jadi,gue enggak jarang dijadikan sebagai narasumber, iya,,,sebatas narasumber,oleh para siswi yang mengidolainya, termasuk Irma, adik kelas yang kelak menggantikannya sebagai Ketua OSIS. Berbeda dengan Detti dan Firnal, Neneng Aulia Erfina adalah idola para pengajar. Dia dalah perwakilan dari sekolah kami dalam lomba Pemilihan Siswa Teladan se-kabupaten,bersama 1 orang siswa lainnya ( enggak penting bahas siswa yang satu ini ). Semenjak kelas 1, namanya juga kerap dipanggil oleh MC acara pengambilan raport untuk maju ke depan karena nilainya tertinggi di kelas. Puncaknya, dia adalah peraih nilai Bahasa Inggris di sekolah ketika UAS, disusul oleh seorang siswa yang menurut gue "kebetulan" saja mendapat nilai lebih tinggi diantara siswa - siswa yang lain. Atas prestasinya itu, mereka berduan mendapat "bingkisan" yang berupa kamus yd disusun oleh John M. Echols dan Hassan Shadily dari guru bahasa inggris kesayangan kami semua, Mr. Yunus Sanusi. Salut buat Neneng Aulia Erfina. :)

Sepertinya memang kurang lengkap ya kalau belum bahas musuh - musuhan sama cinta - cintaan waktu sekolah. Seperti Ermawati yang jadi musuh bebuyutan  Alek Gunawan dengan Aris Ruswanta alias Ivank contohnya. Gue enggak ngerti kenapa mereka bisa musuhan yang dibawa mulai dari kelas 1 sampai kelas 3, sangat konsisten. Mungkin karena Alek dan Ivank enggak rela kalau si Erma mengaku bahwa dirinya lebih menarik dibanding Umsinah dan Eliza...mungkin.

Cinta memang mampu menembus segala dimensi, dan cinta mampu merayap dimana air tidak bisa mengalir. Engak peduli tempat, usia dan siapa dia. Termasuk seorang Aris yang setengah mati ngejar - ngejar cintanya Imah yang galaknya enggak ketulungan, tapi si Aris bener - bener suka sama dia, beneran,gue enggak bohong. Sama halnya dengan Aris, Kalim juga mati - matian mengejar cintanya Mamah Maryamah, salah satu siswi yang menjadi saingan Neneng Aulia di bidang pelajaran. Meskipun telah mencoba dengan berbagai cara, pada akhirnya kalim tidak mampu meraih simpatik Mamah Maryamah, entah karena dia masih menyayangi Karnata Wijaya atau ada hal yang lain, entahlah, cumaMamah dan Tuhan yang tau akan hal itu. Ada juga Nurfitri Oktaviani yang dari kelas 1 sampai kelas 3 mengharapkan cinta seorang siswa yang enggak tau diri, karena siswa yang diharapkan malah mengharapkan orang lain. Alhasil keduanya enggak dapetin apa yang mereka mau. Lain lagi cerita Opik Anwar bin Ma'ruf , yang susah dapetin gebetan gara - gara kisahnya sama Sahati, siswi yang dipacarinya sejak masih SD hingga SMP sudah terburu mempengaruhi pola pikir setiap siswi satu sekolah. Pasalnya, Sahati adalah murid yang pintar dan cukup disegani dikalangan kaumnya. Oia...kira - kira Ina apa kabarnya ya Pik?!hehehe. Dan pasangan yang paling fenomal adalah adalah Firnal Hadi Surya Sang Ketua OSIS dan Neneng Aulia Erfina Si Bintang Sekolah. Bagaimana tidk fenomenal kalau seisi sekolah termasuk dewan guru dan petugas TU tau akan hal itu. Beruntung, Engkong Dalih, tukang kebun sekolah, tidak peka akan hal ini. Dan kalau saja di sekolah ada "award" yang dipersembahkan kepada mereka yang enggak tau diri dalam hal gebet - menggebet. Gue yakin,Si Alek bandar judi bola adalah pemenangnya,yang dengan PD nya mau jadi'in Neneng sebagai kekasih hatinya. Iya...Neneng Aulia Erfina Bintang Sekolah itu,yang pake jilbab,cantik dan pinter itu. Sedangkan si Alek?! yang pasti enggak lebih ganteng dari gue :) . Kalau kisah cinta gue di sekolah sih menyesakkan, dengan tampang yang ngepas, gebetan selalu lepas dan cintapun kandas. Menyedihkan.. :( . Walaupun masih cinta monyet dan sekarang kalian hidup dengan pasangan masing - masing, gue yakin kisah kalian tetap meninggalkan kesan dan tetap menyedihkan buat gue. 

Sebenernya masih banyak yang mau gue ceritain disini, misalnya tentang Iis yang enggak gede - gede, Aryanih yang menggilai Vincenzo Montella ( pemain As. Roma, sekarang sudah menjadi pelatih Fiorentina ), Nurrohman yang lengannya sempat patah ketika pelajaran olah raga' Rajib yang bawelnya naujubillah, Wulan dengan rambut keritingnya, Rudi Irawan dengan gagapnya, Nengsih yang mungilnya bikin puyeng kepala, Ronah, Samrotul, Mimin, Maulana pokonya banyak deh. Temasuk guru - gurunya seperti Pak Hasan yang kalem, Mr. Yunus yang katanya "killer", Ibu Iyay yang cubitannya enggak nahan sakitnya, Ibu Puji yang sedikit bicara banyak enggak masuknya, Ibu Ning, Pak Nurito, Ibu Laras, Ibu Hidayati, Ibu Diana dan yang lainnya. Masih tergambar jelas dalam ingatan, dan kalau gue ceritain juga, ceritanya jadi kepanjangan dan gue capek ngetiknya :) 

10 tahun, enggak terasa terlewat begitu saja. Apa kabar kalian yang 10 tahun lalu masih bertemu di setiap pagi? Ingin rasanya berangkulan kembali, sekedar bercerita tentang apa saja di hari yang dulu bersama kita lewati. Atau tentang buah hati kalian yang sudah pandai minta jajan. Akhir kata gue mau mengucapkan, terimakasih atas semua yang pernah kita bagi dan sa'at ini...GUE KANGEN KALIAN.... 

@doel_12

Sabtu, 04 Mei 2013

Dia...


Kali ini aku ingin bercerita tentang apa yang pernah terjadi padaku ketika kanvas senja hari ini mulai terbentang. Bukan,,,bukan cerita tentang Manchester United yang sudah memastikan juara BPL sebelum musim ini berakhir, dan sebentar lagi Juventus menyusulnya di liga yang berbeda. Bukan pula tentang pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal dan tiba - tiba menawarkan pinjaman dengan bunga ringan. Tapi aku mau bercerita tentang "dia",yang seharusnya sudah tertinggal di belakang,namun masih saja kerap datang menyergap dalam heningnya lamunan, tanpa mengucapkan salam.


Dia yang masih suka tersenyum penuh arti ketika kita melintasi setiap sudut kota yang pernah kita kunjungi. Dia yang menjadi nyawa disetiap benda yang merupakan pemberian dari orang yang pernah dicinta. Hingga mampu menghipnotis seseorang untuk memeluk erat sebuah boneka, berbicara dengan selembar foto, bahkan tersedu dihadapan halaman - halaman buku. Tidak hanya itu, terkadang cuaca dan suasana berkomplot untuk mengundangnya tanpa diminta. Hujan dan rasa sepi adalah tandu yang biasa mengusungnya menuju jiwa yang mulai gamang dalam buai dinginnya. Dia adalah masalalu yang mengenakan jubah kenangan.

Tanpa disadari, dia sudah duduk di sampingku. Seperti biasanya, selalu ada kisah yang terpampang ketika dia menjelang. Cukup lama kami bercengkrama, dan sebelum pergi dia berkata,"di masa yang telah lalu, banyak dari mereka dan mungkin termasuk kamu, bersenggama dengan waktu demi melahirkan wujudku. Akan tetapi, tidak semua yang mampu merawat dan memperlakukanku sebagaimana mestinya. Baik dan buruknya rupaku, tergantung bagaimana hati dan pikiran berkreasi, karena ditempat itulah aku bereksistensi. Aku bisa lebih kejam dan menakutkan dari seorang algojo yang tega memenggal kepala tanpa belas kasihan. Tapi, aku juga bisa lebih bijaksana dari seorang Socrates yang pernah hidup di Yunani sana. Karena kata mereka yang bijaksana, aku adalah guru yang paling berharga. jangan pernah jadikan aku sebagai onggokan penyesalan yang enggan kamu pandang, tapi jadikan aku pembimbing jalan setelah ajaran kultus yang membentuk iman."

Setelah mengutarakan pesannya, diapun hilang bersama jingga senja yang mulai padam. meninggalkanku sendirian yang masih mencoba menyusun kepingan - kepingan makna yang diucapkannya, diredupnya rona senja yang sama.

@doel_12