"Time flies, but not memory".
Kira-kira seperti itu arti judul di atas, sebaris kalimat yang gue kutip dari
salah satu bab novelnya Ika Natassa. Yup… waktu memang boleh saja terbang, karena
itu adalah sebuah keniscayaan, waktu memang terus pergi menghilang tanpa harus
menunggu seseorang dan itu adalah sebuah keharusan, tapi tidak untuk kenangan.
Kenangan tetap tinggal dalam ingatan, peduli itu manis, getir atau bahkan
pahit. Dan kali ini gue akan coba berbagi tentang itu, di sini. Tentang tongkrongan teman kerja yang kalau jam
istirahat tiba, hobinya ngopi dan ngerokok sambil memaki satu sama lain, tapi
justru dari sanalah rasa kekeluargaan ini terjalin.
Sebelumnya gue mau tegaskan,
kalau semua yang gue tulis di sini adalah murni dari sudut pandang gue, hasil inkubasi
dari subjektifitas yang gue lihat, amati dan alami sendiri. Jadi, kalau ada
yang merasa tidak berkenan, ya maaf, kalian memang seperti itu di mata gue. So,
fasten your seatbelt first, felas
Dimulai dari Om BJ a.k.a Bang
John, dia adalah “AKTOR INTELEKTUAL” di tongkrongan, penuh “SOLIDARITAS” dan
“MANUSIAWI”. Orang yang bikin “ATMOSPHERE NGEBLUES” dengan lagu yang musiknya “NGGAK
ROCK AND ROLL” dari hand phone miliknya yang sering dia putar. Jangan belaga
songong dah di depan dia kalo enggak mau dibilang “KAMPUNGAN”. Dia orangnya “SLOW
BUT SURE” “MEMANG”, tapi kadang keras kaya “KARANG” soalnya dia salah satu “GENERASI
BIROE”. Jadi kalo dia minta “KOPI AIR HUJAN” ya “LO HARUS GRAK”, sambil bawa “H.A.M.BURGER”
kalo bisa, dan lo nggak mau kan “JAKARTA MELEDAK LAGI” cuma “GARA-GARA KAMU” “SALAH”
akan sesuatu yang harusnya bisa di “TOLERIR”. Tapi dia enggak “SELALU BEGITU”
kok kalo lagi “BREAK”, jadi semuanya ya “NGGAK PERLU” “JADI MASALAH” dan
ngerasa “SERBA SALAH”. Yang pasti Om BJ bikin gue nostalgia lagi sama SLANK,
band yang gue suka dari masih “BOCAH”, tapi mulai “KALAH” dan terlupakan ketika
gue mulai suka sama Billie Joe Armstrong “AN+-=-‘~>”. Pokoknya ngopi sambil nge”GOSIP JALANAN”
bareng Om BJ, “TERLALU MANIS” untuk dilupakan. Kalo gue ada salah-salah kata
dan kelakuan, “MAAFKAN” ya Om BJ, “JUST KIDDING” :D.
Ada yang pernah nonton film Green
Street Hooligan? Nah, karakter Bovver di film tersebut sedikit mirip sama Om
Wainx Jagger. Agak keras dan enggak gampang nerima orang baru, tapi setelah
kenal deket sama orang yang satu ini, lo bakalan betah ngobrol lama sama dia.
Wawasannya luas, mau ngobrol apa aja bakal nyambung dan dijabanin sama dia. Mau
bahas sepakbola? Doski faham, terlebih lagi kalo soal Manchester United.
Ngobrolin musik apalagi, dari nama belakangnya yang pake “jagger” aja udah
jelas kalau dia itu penganut ortodoks group musik kawakan, Soneta. Iye iyeeee…
bukan Soneta tapi Batu Berguling alias "Rolling Stones." Pokoknya doski ngerock
abis dah, walaupun gue sempet kaget pas dia bawain lagunya Pitbull waktu karaokean
bareng di villa. Biar kata “Brandy Brain”, dia itu representasi nyata dari lagu
“Papa Rock n Roll” yang dibawain The Dance Company, yup…dia rocker yang sayang
keluarga, terutama sama Revina, putri pertamanya. You’re so amazing, Om.
Selanjutnya, Wien Danny Ariga. Si
bangsat Interisti yang ganteng ini adalah kawan seperjuangan gue di tempat
kerja, pasalnya mulai dari test sampai hari pertama kerja, gue barengan sama
dia. Hari-hari pertama kerja, seringnya gue cuma berdua sama dia kalau
istirahat, dengan catatan kalau gue istirahat enggak rollingan hahaha. Dia
sedikit lebih beruntung dari gue karena punya partner kerja laki-laki yang bisa
diajak ngobrol dan ngerokok bareng, beda sama partner kerja gue yang semuanya
perempuan sebelum akhirnya gue tersisih dan pindah bagian bareng Ridwan. Wien
Danny yang akrab dipanggil dengan sebutan Way ini adalah orang yang pertama
kali ngenalin gue sama group band asal Jepang, One OK Rock. Dan orang yang
selalu membangga-banggakan treble-nya Inter merda ini sebenarnya adalah
mahasiswa teknik tingkat akhir di salah satu Universitas ternama, entahlah dia
lebih memilih bekerja dan menunda wisuda.
Kalau acara Spontan yang dulu
Uhuuuy itu punya Komeng, tongkrongan kami punya Ali, orang yang enggak pernah
kalah kalau lagi maen cengan. Jangan ngomong macem-macem di depan Ali kalau
enggak mau abis diledekin gara-gara omongan lo sendiri. Tapi memang benar kata
pepatah “sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat pasti akan jatuh juga”,
enggak jauh beda sama Ali yang pernah dibilang “goblok” sama Bos Bombom, cuma
karena Ali enggak suka makan durian wekawekawekaweka.
What a fucking shit…tiba-tiba gue
nge-blank pas mau nulis tentang Bang Udin. Orang Priok yang satu ini emang yang
paling ajaib di tongkrongan. Biar kata gigi depannya hilang satu hingga membuat
lubang ompong menganga kurang ajar di antara deretan giginya, tapi dia paling
suka nyengir. Pokoknya diapain aja Bang Udin bakalan nyengir, dibilangin
baik-baik dia nyengir, dijelasin pelan-pelan dia nyengir, diledekin dia
nyengir, dimarahin dia nyengir, dicengirin dia nyanyi “Kursi Pelaminan Biru”nya
Caca Handika…laaaaaah.
Supri dan Jessen, dua orang yang
kalau lagi main catur neriakin semua jenis binatang. Dari yang besar sampai
yang kecil, dari yang hallalan toyiba sampai haram zadah, dari dinosaurus sampe
amoeba, dari ayam sampe anjing dan babi. Jangan deket-deket kalau mereka berdua
lagi main catur, kecuali lo punya baja pelindung yang ada di motornya Ksatria
Baja Hitam. Chaos abis dah pokoknya, berbahaya untuk anak di bawah umur tanpa
didampingi orang tua. Sayangnya, Jessen yang statusnya sudah karyawan tetap
harus rela mengundurkan diri karena ulah bangsat yang tidak tahu adat. Satu
pesen gue ke lo Jes, pokoknya lo harus tetep "don’t afternoon". Kalo buat Supri
sih, sering-sering aja diangkat jadi kartap, biar sering jadi donatur
senang-senang juga hahaha.
Sebenarnya masih banyak yang mau
gue tulis di sini, seperti Feri Dheyeng, senior pertama yang ngajarin gue
gimana caranya kerja dan kabur buat ngopi. Dede konde, anggota kelompok
sindikat korek api, penjaga gawang andalan kalo lagi maen futsal. Tri Hari
Ganang, anak gunung yang suka rame tapi sering enggak jelas juga kalo lagi di
tongkrongan. Ojlo alias Ahmad Fabregas yang nyeletuknya sesekali doang, soalnya
repot sama game-nya. Terus Ridwan, partner gue yang sering gue tinggalin madol,
satu-satunya orang yang berani bentak-bentak Om Wainx dan mau nyeburin Om BJ,
sekarang percaya kan apa kata Kaka Slank di lagu Bali Bagus?! Ada juga Eko, fans
MU yang satu ini juga tau banyak hal, jadi enak-enak aja kalo ngobrol sama dia,
bisa nambah wawasan, sama nambah bahan tertawaan perihal yang punya toket gede
hahaha. Pak Edi yang masih punya koleksi lagu-lagu Rock Malaysia di HP nya,
winduuuuu…windu sewindu windunyaaaa, tapi kau tak pewnah mengewti (vocalist nya
enggak bisa bilang R). Buat Imam sama Elvan, tolong ingetin Priyo, biar enggak
masuk dalam retribusi daerah, pajak jadian tetep wajib dibayar, tapi jangan
pake jasa Mang Kehed, calo dari segala calo. Enggak ada habisnya kalau bercerita
tentang kalian, pokoknya kalian keren lah.
Maybe we were born to be losers,
but we are the losers who shout no surrender. Di dalam gedung itu mungkin kita
memang seorang pecundang, entah itu dipecundangi oleh otoritas waktu,
kompleksitas system , atau ketetapan Bapak yang selama ini kita sebut sebagai “pimpinan”.
Tapi, bukan berarti kita menyerah begitu saja, karena di sana juga kita
gantungkan harapan, dan harapan tersebut adalah alasan untuk sebuah perjuangan.
Caranyapun beragam, mulai dari yang banting tulang sampai yang santai hingga
masuk ketinggalan, bisa juga istirahat rollingan demi deretan angka yang
tertera pada selembar kertas di akhir bulan, atau bekerja sewajarnya manusia
bekerja tanpa melewatkan hangatnya suasana kekeluargaan ketika harum kopi
Mamang meruap di pagi hari dari trotoar jalan, tanpa mengacuhkan kebersamaan di
depan parkiran, saat gorengan Bang Kumis menemani obrolan setelah seharian
diperah dalam ruang putih nan dingin tapi tetap bikin keringatan. Semuanya
sah-sah saja, tapi selalu ada konsekuensi dalam setiap pilihan. Dari sanalah
titik awal yang menyatukan kita, menumbuhkan rasa yang sama, rasa kekeluargaan
hingga lengan waktu ‘tak mampu merenggutnya.
Ketika waktu gue telah tiba untuk
menarik diri dari hingar bingar dunia kerja kalian, gue memang memilih untuk tidak
menjabat satu persatu setiap individu yang ada di dalam sana untuk mengucapkan
kata perpisahan. Bukan bermaksud untuk bersikap tidak sopan, akan tetapi buat
kalian yang menganggap gue pernah ada, pernah beririsan dengan kalian, gue
enggak pergi kemana-mana, gue masih ada dan enggak pulang kampung ke Jawa (siapa
juga yang mau terima gue di sana?!). Gue akan berusaha untuk tetap datang bermain
futsal pada hari selasa, jika diundang. Sekalian bayar hutang pulsa sama Wien
Danny Ariga.
Gue dan orang-orang yang sudah
tidak lagi mengopi dan saling memaki di tongkrongan bersama kalian, masih akan merasa
kalau kalian adalah keluarga, meski tidak lagi bekerja dalam satu ruangan yang
sama. Karena keluarga bukan untuk mereka yang bertemu setiap hari, tapi untuk
mereka yang mau berbagi tawa, canda dan rangkulan hangat di setiap jumpa lagi
dan lagi.
"Time flies, but not memory"
"Famiglia, per sempre sara"
@doel_12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar