Jumat, 01 Juli 2016

Tetap #BanggaJakmania

  Selang beberapa menit setelah seorang pitch invader yang memasuki lapangan pertandingan diamankan petugas, belasan The Jak dari tribun vip timur mulai merangsek melewati pagar dan menyerang petugas keamanan yang berjaga di sisi lapangan, bentrokpun tak bisa lagi dihindarkan dan kita semua tau kelanjutannya, karena beberapa hari setelah kejadianpun berita kerusuhan supporter di GBK masih menghiasi headline berita-berita online maupun elektronik. Yang sayangnya, beberapa media massa yang memberitakan seperti tidak melakukan kroscek kebenarannya terlebih dahulu. Mulai dari berita kalau Jakmania bentrok dengan supporter Sriwijaya FC ( yang kemudian dibantah oleh pihak supporter SFC itu sendiri melalui akun twitter mereka), juga ada yang menuliskan di headline nya kalau salah satu Petugas Polisi terluka karena siraman air keras (mungkin es batu kali ya yang dimaksud air keras itu).

“You know the best part? It isn’t knowing that your friends have your back, it’s knowing that you have your friend’s back” kata Matt Buckner setelah mereka berhasil mengalahkan supporter MU di Film Green Street Hooligans yang tersohor itu. Seenggaknya ini yang gue, atau kita alami seminggu lalu, ketika salah satu kelompok supporter kreatif di Indonesia akhirnya lepas kendali. Gue yang waktu itu nonton bareng sepupu gue yang masih kecil dan beberapa temen gue beserta dua orang wanita di dalamnya, udah ngerasa ada yang enggak beres ketika bunyi petasan beberapa kali terdengar dan gas air mata mulai tercium dari lorong pintu sector 19. Sampai akhirnya pertandingan dihentikan karena kerusuhan, gue dan yang lainnya masih berdiam diri di tribun pegangin tangan sepupu gue dan mengajaknya menjauh dari keributan yang mulai enggak ketahan, saling menjaga, saling mengingatkan satu sama lain. Setelah beberapa lama ketahan di tribun, gue dan yang lainnya coba keluar dari stadion yang sayangnya suasana di luar lebih chaos dari yang kami kira dan tidak memungkinkan untuk kami bisa keluar dari stadion dengan membawa anak kecil dan 2 orang wanita, akhirnya kamipun kembali ke tribun. Karena efek gas air mata yang masuk ke tribun semakin terasa tidak tertahan kami akhirnya turun sampai ke tengah lapangan di mana supporter SFC dan puluhan jakmania yang masih tertahan berkumpul di dalam stadion untuk menghindari jangkauan gas air mata.

Setelah sekian lama menunggu di tengah lapangan dan  merasa kondisi di luar sudah kondusif, kamipun keluar untuk pulang. Sesampainya di pintu pagar ring 2 kawasan GBK, satu kompi petugas menginstruksikan kami untuk diam ditempat dan tidak keluar pagar akan tetapi tidak beberapa lama kemudian satu kompi yang ada di belakang kami memerintahkan kami untuk keluar secepatnya sampai-sampai ada seorang petugas menghitung mundur. Langsung aja gue tarik sepupu gue, berteriak ke yang lain agar tidak terpisah dan bergegas keluar pagar sambil menunggu bus rombongan kami datang.

Sesampainya di rumah, lebih tepatnya rumah temen gue, seperti yang lainnya gue coba ngecek timeline twitter, yang sayangnya banyak berita-berita kayak yang udah gue bilang di atas, di tambah hakim-hakim dadakan dunia maya yang ga ada di lokasi kejadian tapi berasa paling tau kronologisnya. Sampe-sampe yang enggak ngerti kultur supporter dalam negripun ikut angkat bicara, dan anehnya kebanyakan dari mereka punya standard ganda perihal kerusuhan supporter. Karena ketika ada Hooligans atau Ultras yang ada di Eropa sonoh bentrok, mereka bilang keren dan teriak kampungan kalau kejadian itu ada di negrinya sendiri, padahal sama-sama ribut. Eh ganteng, gue bilangin nih ya, gue yang waktu itu nonton dan liat kejadiannya dengan mata kepala gue sendiri aja enggak berani berasumsi ini itu karena gue yakin enggak sesederhana itu masalahnya dan pasti ada alasannya. Lagian kalo soal ribut, gue rasa masyarakat kita emang doyan ribut kok apalagi setelah maraknya media sosial, jangankan masalah bola, soal makan bubur ayam diaduk dulu apa kaga juga bisa bikin debat panjang sampe perang antar gang :p.


Bagi masyarakat awam, termasuk tetangga gue, kerusuhan kemaren itu diakibatkan karena kekalahan Persija atas Sriwijaya FC. Yang luput dari pengamatan mereka adalah ketika kerusuhan yang diakibatkan kekalahan sebuah tim, biasanya yang menjadi sasaran amukan supporter adalah wasit atau pemain, bukan Polisi. Untuk hal ini mau tidak mau kita harus melihat ke belakang, bukan buat liat kenangan bareng mantan, tapi coba menelusuri akar permasalahan. Ketika peraturan di dalam stadion semakin banyak sampai untuk masukpun harus melewati pemeriksaan berkali-kali, sementara kasus #usuttuntas pelaku yang mengakibatkan hilangnya nyawa alm. Fahreza belum ada kejelasan. Seperti air yang mempunyai titik didih, kesabaran juga ternyata punya garis batas, rasa kecewa itu akhirnya meledakan sebagian dari kami yang lelah dijejali janji-janji, dipicu gas air mata yang diduga terlalu dini ditembakkan, dan kericuhanpun tak bisa dielakkan. Apapun alasannya, pengerusakan tidak bisa dibenarkan, termasuk pengerusakan outlet Jakmania, itu juga sama, tidak bisa dibenarkan. Kalau terus-terusan saling balas, gue yakin enggak akan ada habisnya, “jika sebuah mata harus dibalas dengan sebuah mata, hanya akan membuat seluruh dunia ini buta”, kata Gandhi. Bukan mau menggurui, siapalah gue ini segala berani menggurui, gue cuma mau kita saling intropeksi diri, enggak lebih.

Kita harus akui kalau kita masih terlalu mudah terprovokasi sampe enggak sempat berpikir implikasinya buat Persija, terlebih lagi buat kita sendiri, Jakmania. Jangan salah sangka dulu, mungkin gue emang enggak se-fanatik kalian, frekwensi away gue juga masih keitung jari dan KTA gue juga belom sempet gue perpanjang semenjak digunting pas beli tiket di Lebak Bulus, tapi  kecintaan gue sama Persija enggak bakal sirna, pun kebanggaan gue menjadi Jakmania cuma karena selalu dipojokkan, bukankah hal itu sudah biasa?! Yang gue sayangkan adalah, kejadian kemarin seolah menenggelamkan usaha kerasnya anak-anak bidang acara yang membuat koreo begitu indah. Jadi, mengutip dari omongan si Matt Buckner tadi, ”kalian tau bagian terbaiknya? Bukan mengetahui bahwa temanmu melindungimu, tapi mengetahui bahwa kamu melindungi temanmu.” Semoga kalian enggak mengartikan kata “melindungi” di sini dengan arti yang sempit. Akhir sekali, mari kita kembali rapatkan barisan, untuk mendukung tim kesayangan. #GuePersija dan tetap #BanggaJakmania




@doel_12 

Image by : @GuePersija