Jumat, 16 Agustus 2013

Shadow

Sore ini, tanggal 16 Agustus 2013, beberapa tahun yang lalu pada tanggal yang sama, dari tempatku sekarang berdiri terlihat deretan bendera Merah Putih menyambut hari jadi negeri ini. Tapi sekarang tidak lagi, sepertinya penyakit apatis sudah cukup akut menjangkiti orang - orang di sekitar sini atau bahkan mungkin terjadi di banyak pelosok Bumi Pertiwi?. Semoga saja tidak, karena bila memang demikian akan sangat ironis dengan apa yang digambarkan oleh C. Anwar dalam puisi sadurannnya yang berjudul Karawang - Bekasi. Terlepas dari kata nasionalisme yang belakangan ini maknanya sudah mulai pudar, tanggal 17 Agustus tetap sakral, setidaknya untuk diriku sendiri.

Matahari yang dijemput petang, bergerak perlahan menuju peraduan. Di hadapan senja yang mulai meremang, aku duduk termenung di tepian sungai yang membelah ladang. Di permuka'annya yang tenang, aku lihat sebuah bayang yang menatapku dengan teliti. Tatapannya seperti menyimpan banyak kisah dari apa yang telah dilewati, marah yang berapi - api serta harap dari dalamnya misteri.

"Apa kabar kawan seperjalanan?"

Tanyanya mengejutkanku ketika kucoba menghindari benturan pandang dengan tatapannya yang tajam.

"'tak usah kau jawab pertanya'anku yang baru saja terlontar, karena aku hanya ingin kau mendengar semua yang akan aku sampaikan untuk kemudian kita renungkan...semuanya...bersama..."

Lanjutnya tanpa jeda.

' Kawan, ingatkah kamu dengan suatu sore ketika kau lari bertelanjang kaki dengan senyum di wajah dan lesung pipit yang menghiasi kedua sisi pipi?. Aku sudah bersamamu waktu itu, bersama teman - teman sepermainanmu yang kesulitan merebut bola plastik dari kakimu. Atau ketika kau dengan yang lain membuat kegaduhan shalat jama'ah di shaf paling belakang sebelum belajar membaca Al-Qur'an dengan Ustadz Ridwan. Apakah kau rindu masa - masa itu?. Jujur, akupun rindu, rindu ketika kita masih menatap dunia dengan pembatas yang jelas antara kesenangan dan kesedihan. Senang ketika bermain dengan teman atau sekedar diberi uang jajan, dan sedih ketika Ibu enggan membelikan mobil mainan. Sesederhana itu dan sejelas itu garis yang membatasinya. Tidak sekompleks sekarang, dimana kita harus lebih dalam berfikir dan memahami untuk dapat mengerti kenapa kita bisa senang atau sedih. Tapi ini adalah anak tangga yang harus kau titi dan lewati untuk mengenali siapa dirimu sendiri sebelum ajal membebaskan jiwa dari sangkar materi. Aku setuju jika masa kecil adalah masa - masa yang paling menyenangkan. Tapi waktu terus melaju kedepan kawan, dan kenangan adalah guratan pelajaran diatas lempeng kehidupan. Dan lengan waktu pula yang menuntunmu ke ruang yang sekarang sedang kau jelang. Ruang yang kata mereka adalah ruang kedewasa'an. Tapi kau sempat membuatku kecewa ketika kau mulai memasukinya. Kau sempat lupa dengan ritual kultus Yang Maha Kuasa yang selalu kau laksanakan sebelum kau berada di fase ini. Kau terbuai dengan kemilau dan terlelap di dasar gelap, hingga alpa dengan ajal yang menguntit mengenap - endap. Sepertinya kau masih butuh banyak belajar akan hal ini dengan mawar yang kau jumpai di tengah perjalanan menuju masa sekarang. Tahukah kamu? kalau mawar itu selalu berdo'a dan kemudian bertanya kepada dirinya sendiri, tentang apa yang telah ia berikan dan apa yang akan ia lakukan selama berada di dunia ini. Dan itu selalu ia lakukan ketika ia tengah menatap angkasa, mengagumi kehebatan pencipta-Nya. Aku ragu kau menyadari hal yang sama, karena kau terlalu sibuk dengan buku - buku Kahlil Gibran, El Jalaluddin Rumi dan Soe Hok Gie yang kau kagumi. Sedangkan kitab suci tersimpan rapi dalam lemari. Apakah Ramadhan kemarin bisa memanggil sisi jiwamu yang sempat hilang datang kembali?."

 Aku hanya terdiam sambil memeluk lutut, tanpa sepatah katapun yang terletup. Tapi getaran di dada bertingkah sebaliknya dan seolah berkata," lanjutkan kawan, bongkar semua kejadian dalam kotak ingatan yang mulai terkubur residu waktu."

Dan bayang itu pun menjawab...

" Percuma saja kuteriakan padamu tantang semua kebaikan dan keburukan dari apa yang telah kau lakukan, jika kau hanya mendengarnya dengan telinga yang fana, 'tak akan ada saripati yang  bisa kau ambil darinya"

Lantas ia pun melanjutkan ucapannya...

" Beberapa jam lagi dari sekarang adalah tanggal 17 Agustus, bersama'an dengan hari kemerdeka'an Republik yang kau bilang sangat kau cintai ini adalah monumen untuk dirimu sendiri, sebagai peringatan bahwa usia yang dibekali-Nya telah tercuri 365 hari. Jangan pernah berpikir tentang gelaran pesta, karena hidupmu yang dipagari usia semakin dekat dengan pembaringan yang kekal. Jadi, untuk apa dipestakan?!. Sebait lagi kawan, sebelum wujudku hilang dicadari gelap malam. Setiap cerita yang tergurat di atas usia dalah telaga jiwa, dimana kau bisa berkaca. Melihat kembali kelalaian yang bisa membuatmu jatuh tersungkur, hingga nikmat Tuhan yang sering terlupakan tanpa ucapan syukur. Dewasa bukanlah banyaknya bilangan umur, tetapi tentang pekanya jiwa mengukur seperti bentangan tali yang terikat pada busur. Semoga kau semakin pandai memaknai hidup, di sisa nafas yang akan terhembus dan terhirup. Dan semoga kita bisa berinteraksi setiap hari, tidak hanya sekali dalam satu revolusi bumi terhadap matahari. Karena aku akan tetap bersamamu, semenjak kau bersentuhan dengan memori hingga akhir nanti, karena aku adalah kamu andai kau sadari itu.'

Seketika bayang wajah itu pudar setelah seekor capung hinggap sebentar diatas tenangnya aliran sungai tepat dihadapanku yang tengah mnyendiri. Aku yang berharap bayang wajah itu kembali, hanya mendapati bayanganku sendiri. Akupun beringsut pergi sambil menerka - nerka strategi apa yang akan diterapkan oleh David Moyes untuk menghadapi Swansea City esok hari, dan apa yang akan dialakukan oleh Anonio Conte terhadap Juventus guna memenangan Super Copa Italy melawan Lazio nanti. Meski senyum ini belum hilang, mengingat kemenangan Timnas kemarin harinya, meskipun yang dikalahkan hanya Tim sekelas Brunei Darussalam. Paling tidak itu bisa menjadi kado yang cukup berkesan untuk Indonesia

" Dasar bebal...!!! masih saja berfikir tentang sepak bola, sementara adzan maghrib sudah terdengar menggema di telinga"

Makiku kepada diriku sendiri dalam hati, dan bergegas membersihkan diri.

@doel_12