Sreettt….saya tutup resleting ransel yang berisi barang bawa’an sesuai yang di ingatkan oleh teman saya Yofan via pesan singkat satu hari sebelum hari keberangkatan. Bergegas saya berangkat,memantapkan hati dan tekad saya,karena ini adalah kali pertama saya naik gunung. Berbeda dengan Yofan dan Adinoyo yang sedari tadi mengirim sms bertanya saya sudah berangkat dari rumah atau belum,menuju rumah Juni,tempat kami berkumpul sebelum berangkat ke tempat tujuan kami,Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sekitar pukul 19:30 saya berangkat dari rumah,setelah berpamitan dengan Ibu saya,akan tetapi tidak memberi tau kemana saya akan pergi,karena pasti susah untuk dapat izin. Mesin sepeda motor keluaran tahun 2007 milik saya sudah siap menemani saya menuju kediaman Juni Triono.
Sesampainya dirumah Juni, Sayapun masuk ke kamarnya setelah bersalaman terlebih dahulu tentunya dengan kedua orang tuanya yg kebetulan sedang berada diruang tamu. Dari keterangan Juni dan Andri yang akrab disapa Ambon,yang sedang asyik bermain game lewat PC,ternyata Adinoyo belum datang,sedangkan Yofan sedang menjemput Zaeni,temannya,yang akan ikut serta bersama kami. Sayapun mengambil alih joystick dari genggaman Juni,guna menundukkan bosan karena menunggu yang lain. Tidak lama berselang,Adinoyo pun datang. Melihat saya dan Ambon sedang bermain PS,rupanya dia tertarik untuk bergabung,tidak menunggu waktu lama,joystick yang dpegang Ambon pun berpindah tangan.
Ditengah-tengah permainan saya dengan Adinoyo,Yofan dan Zaeni datang,dan langsung sibuk packing barang-barang yang akan dibawa. Kami berdua tidak menghiraukan kedatangan mereka,karena sedang asyik menatapi layar PC. Saya yg tidak begitu fasih bermain game keluaran terbaru ini,hanya jadi bulan-bulanannya,skor pun berakhir dengan 11-1 untuk keunggulan Adinoyo.
Setelah semuanya beres (lebih tepatnya,Yofan dan Zaeni yg membereskan hehe),kamipun bersiap untuk berangkat,selesai mengisi perut dulu tentunya.
Pukul 22:30 kamipun berpamitan dengan keluarga Juni untuk berangkat,di iringi do’a dan nasehat-nasehat khas orang tua. Saya membonceng dengan Adinoyo,sementara sepeda motor saya,dititipkan dirumah Juni. Zaeni dengan Yofan,sedangkan Ambon bersama Juni.
Diperjalanan Yofan Nampak sangat ingin cepat-cepat sampai,terlihat dari cara dia mengendarai matick tungganganya (menurut saya). Sedangkan Juni mencoba untuk mengimbangi kecepatan Yofan. Berbeda dengan Saya dan Adinoyo,kami cukup santai dalam perjalanan,karena disepanjang jalan kami selalu bercanda,tertawa dan bermesra’an…ooops hehehe…
Ditengah perjalanan,memasuki daerah Babakan Madang,Yofan menepikan kendara’anya. Rupanya hidangan yg disuguhkan dirumah Juni tadi belum cukup untuk ukuran perut Zaeni yg sebenarnya agak kurus ini. Sambil menunggu Zaeni selesai menyantap makanan yg dipesannya,kami menunggu diseberang jalan di depan toko yg sudah tutup,yang dinding dan rolling door nya bertuliskan nama sebuah merk bola lampu terkenal dengan ukuran yg besar. Ditengah haha hihi kami,Ambon membawa segelas teh manis hangat,fusi yang sangat pas untuk sebatang rokok yg sedang saya hisap ditengah cengkeraman dinginya malam.
Zaeni telah merampungkan santap malamnya yg kedua,dan kamipun berangkat melanjutkan perjalanan.
Di depan kami,terpampang gerbang yang diatasnya bertuliskan Rainbow Hills,nama tempat yg akan kami lewati. Memasuki daerah ini,udara terasa semakin dingin,dengan kondisi jalan yg mulai banyak tanjakan sepeda motor Juni yang kondisinya tidak teralalu sehat sering membuatnya tercecer dibelakang. Ketika sedang menunggu Juni, Adinoyo berkata kepada saya,”coba lo liat belakang”sambil menunjuk arah yg dimaksud, sayapun menoleh ke arah yg ditunjuk, dan mata saya dimanjakan sebuah bukit yg dihiasi berbagai lampu yg berkelap-kelip. Sekejap mata saya tertutup,dan hati saya berkata,itu bukan lampu-lampu,tetapi bintang.Tidak lama Juni melewati kami,perjalananpun dilanjutkan.
Malam semakin larut,dan udarapun terasa semakin dingin. Jaket yang saya gunakan rasanya masih kurang tebal untuk menepis rasa dingin yg mendera. Memasuki daerah puncak, Adinoyo baru nenyadari kalau jarum di fuel meter nya sudah berada di garis merah,yang menandakan persedia’an bahan bakar sudah menipis. Dia pun menambah kecepatan laju sepeda motornya,hal ini membuat Juni dan Yofan semakin jauh tertinggal dibelakang.
Disepanjang jalan yg kami lewati hanya ada pedagang jagung bakar yg berderet dan para pria yg memakai kupluk sambil memegang senter berdiri disamping tanda panah yg dibaawahnya bertuliskan “vila disewakan” . Cukup jauh jarak yg kami tempuh,sampai akhirnya kami temukan SPBU disamping sebuah mini market. Selesai mengisi bahan bakar kami menunggu Yofan dan yang lainnya sambil memakan beberapa makanan kecil yg baru saja saya beli. Ponsel di saku Adinoyo pun berdering,saya yg sedang menyalakan rokok tidak menghiraukanya,ternyata barusan Yofan mengabarkan, kalau mereka sudah melewati kami. Tanpa menunggu lama, kamipun kembali melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 03.00 pagi kami sampai di Green Ranger. Tidak banyak yg saya tau tentang tempat ini. Dari apa yg saya lihat,ini seperti basecamp untuk para pendaki. Karena ketika kami tiba,sudah ada beberapa pendaki yg sudah siap untuk memulai pendakian.
Setelah berkoordinasi dengan pihak Green Ranger,kami memasuki ruangan yg akan kami gunakan untuk istirahat dan tidur di sisa waktu yg ada agar ke esokan harinya stamina kami bisa lebih fit. Dan kamipun tertidur…
Sinar matahari yang menyusup melalui celah-celah ruangan,cukup mengobati rasa dingin yg menyerang kami semalaman. Dengan sedikit bermalas-malasan saya menuju kamar mandi untuk mencuci muka agar merasa lebih segar. Benar saja,wajah saya seperti ditampar karena dinginya air yg tersedia disini. Pagi ini memang cukup cerah,terlebih untuk Juni yg sedari tadi mengobrol dengan seorang gadis manis berjilbab disebelahnya,entah siapa,saya tidak menghiraukanya.
Semua barang-barang perlengkapan pendakian sudah masuk ke carriel yg kami bawa,dan sarapanpun telah masuk ke perut kami semua. Satu carriel melekat mesra dipunggung saya,karena pemula seperti saya wajib membawanya demikian dakwah Juni kepada saya.
Lingkaran kecil terbentuk dari 6 anak manusia yg ingin mencoba lebih dekat dan mengenal tempat dimana Tuhan menyediakan dan meniupkan nafas kehidupan,yaitu alam. Sekejap kami hening,melambungkan Do’a kepada Yang Maha Pencipta. Saya yakin,sejuknya udara ditempat ini,tidak sesejuk hati kami.
Bersambung...
@doel_12